Langsung ke konten utama

Lare Suroboyo, Band yang Mengembalikan Kenangan Sobat Ambyar

”Ademe Gunung Merapi Purbo, melu krungu suaramu ngomongke opo…” Sepenggal lirik lagu Banyu Langit yang dinyanyikan grup campursari milenial Lare Suroboyo itu memutar kembali kenangan kepada maestro musik Jawa Didi Kempot. Grup tersebut mendedikasikan diri merawat kenangan Sobat Ambyar di Surabaya.

GALIH ADI PRASETYO, Jawa Pos

Tanjung Mas Ninggal Janji membuka sesi latihan grup campursari yang digawangi enam orang itu. Saban Senin, Lare Suroboyo rutin menggelar latihan. Selain menyelaraskan nada dan kekompakan, juga merawat kenangan kepada musisi kebanggaan mereka, Didi Kempot.

Lare Suroboyo merupakan grup musik yang mendedikasikan diri untuk membawakan karya Didi Kempot.

Namanya juga mirip dengan band pengiring Didi Kempot ketika manggung, Lare Jawi. Grup bentukan Didik Edy Susilo itu baru diresmikan pada 12 September 2020. ”Perasaan Sobat Ambyar Surabaya itu seperti lirik lagu Pamer Bojo. Koyo ngene rasane wong nandang kangen. Rina wengi atiku rasane peteng. Tansah kelingan kepingin nyawang,” ujar pria 65 tahun itu.

Bukan tanpa alasan Didik membentuk grup tersebut. Dia jatuh cinta pada lirik ambyar sang maestro. Juga perjumpaannya dengan Didi Kempot pada 2010 mengingatkannya pada pesan yang disampaikan almarhum.

Saat itu, Didi Kempot mampir ke kediaman Didik. Pertemuan yang gayeng tersebut bertepatan dengan konser yang hendak diadakan Didi Kempot di Lapangan Kodam V/Brawijaya. Pada momen itu, Didik menunjukkan grup campursari yang dibentuk di kampungnya. ”Saat itu, saya mendapat pesan untuk terus berkarya. Melestarikan budaya Jawa. Pesan itulah yang saya pegang hingga sekarang,” kata pria yang juga ketua RW V, Kelurahan Kedung Baruk, Rungkut, tersebut.

Pesan itu seolah menjadi amanah. Yang kemudian diwujudkan sekarang. Membentuk grup campursari milenial yang bisa mengobati kangen anak-anak muda Sobat Ambyar. ”Ibarat lagu Pantai Klayar. Samar, ati iki samar. Yen nganti kowe lali janjimu neng Pantai Klayar. Dan sekarang ini saya wujudkan,” kata pegiat Eco Print Surabaya itu.

Dia pun menyadari kepergian Didi Kempot sangatlah mendadak. Saat lagi di atas, memiliki penggemar lintas usia dan zaman. Meninggalkan ”Tatu” bagi para penggemarnya. ”Senajan kowe ngilang, ra biso tak sawang. Nanging ning ati tansah kelingan.”

Tidak mau keluar dari pakem, pembentukan Lare Suroboyo pun berkiblat pada Lare Jawi. Dia ingin mendapat roh yang sama saat memainkan nada-nada Didi Kempot.

Tidak mudah memang. Saat awal, Didik menggandeng dua musisi. Yakni, Dwi Bawatno sebagai keyboardist dan Devin Martha sebagai vokalis. ”Saya tidak bilang mau membentuk grup Lare Suroboyo. Saya minta diajari nyanyi,” ujar suami Yayuk Eko Agustin itu.

Setelah merasa ada kesolidan, dia baru melempar ide membentuk Lare Suroboyo. Dia meminta dicarikan vokalis yang menjiwai setiap lirik lagu Didi Kempot. Semirip mungkin. ”Dan ternyata tidak disangka, setelah mencari, ketemunya di Taman Bungkul. Ada musisi jalanan yang karakter suaranya mirip dan bagus. Langsung kami ajak gabung,” katanya.

Dia adalah Agus Hadi Sutrisno, salah seoang fans berat Didi Kempot sejak 1998. Tiada hari tanpa menyanyikan lagu penyanyi pujaannya itu. ”Saya kagum pada setiap karyanya. Feel-nya itu dapat banget, sangat-sangat menyentuh,” ujar pria yang tinggal di Wonorejo itu.

Nyatanya, dia juga memiliki kenangan dengan penyanyi idolanya. Sekitar 2015, dia bertemu Didi saat makan di Rawon Kalkulator. ”Langsung saja saya mainkan lagunya Mas Didi. Dia kaget dan bilang suara saya enak, mirip sama beliau. Senang banget saya,” kenang Agus.

Kemiripan suaranya dengan Didi Kempot juga diakui banyak orang. Misalnya, saat mengisi hajatan, pasti orang-orang kaget ketika mendengar suaranya. ”Kalau MC-nya sudah kenal, saya pasti disuruh nyanyi dulu baru orangnya muncul. Kemudian, bilangnya yang nyanyi bukan Agus, tapi Didi Kempot,” katanya.

Setelah tiga bulan, akhirnya grup itu berhasil mengumpulkan enam orang. Yakni, tiga vokalis Ari Margono, Devin Martha, dan Agus Hadi Sutrisno. Kemudian, di melodi ada Alba Wafi, Dwi Bawatno di keyboard, dan pemain kendang Rizky Febrianto. ”Ini pun kami masih mencari pemain biola. Karena Lare Jawi pemainnya perempuan, kami juga sama mencari yang perempuan,” katanya.

Sejumlah tawaran bermain pun sudah berdatangan. Namun, pihaknya memilih untuk menahannya dulu. Sebab, kondisinya masih pandemi. Meski demikian, pihaknya terus bertekad untuk kembali menggaungkan karya-karya Didi Kempot. ”Dia menjadi inspirasi bagi kami untuk terus berkarya hingga menjadi ambyar pada waktunya,” pungkas Didik.

Saksikan video menarik berikut ini:

Sumber : https://ift.tt/2SeVteI

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pendaftar Membludak, Prodi Pendidikan Dokter Masih Menjadi Favorit

JawaPos.com – Calon mahasiswa yang tidak diterima dalam Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) 2020 mengalihkan pilihannya untuk belajar ke kampus swasta. Ini dibuktikan dengan meningkatnya jumlah pendaftar di perguruan tinggi swasta (PTS) dibanyak tempat. Seperti yang terjadi di Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya. Sejak minggu lalu, antrian pendaftar yang ingin masuk kampus yang berada di Jalan Sutorejo 59 cukup banyak. Mereka rata-rata adalah calon mahasiswa yang gagal lolos di jalur SBMPTN. Kepala Lembaga Informasi dan Penerimaan Mahasiswa Baru (LIPMB) UM Surabaya Radius Setiyawan mengungkapkan setelah pengumuman jalur SBMPTN, jumlah pendaftar semakin tinggi. Hal tersebut membuat layanan penerimaan calon mahasiswa baru dalam 1 bulan kedepan akan buka setiap hari. Dari pukul 09.00 pagi sampai 15.00 sore. Pendaftaran bisa dilakukan dari rumah maupun langsung datang ke kampus. “Terhitung dari minggu lalu setelah pengumuman SBMPTN terjadi peningkatan pendaftar 5 ...

FOTO: Voli Putri Indonesia Takluk dari Vietnam

Pevoli putri Indonesia berusaha mengembalikan bola saat bertanding melawan Vitenam pada pertandingan babak semifinal peringkat 5-8 voli putri Asian Games 2018 di Tennis Indoor Senayan, Jakarta, Jumat (31/8). Indonesia kalah 1-3. (Merdeka.com/Imam Buhori) Pevoli putri Vietnam berusaha mengumpan bola saat bertanding melawan Indonesia pada pertandingan babak semifinal peringkat 5-8 voli putri Asian Games 2018 di Tennis Indoor Senayan, Jakarta, Jumat (31/8). Indonesia kalah 1-3. (Merdeka.com/Imam Buhori) Pevoli putri Indonesia Amalia Fajrina Nabila melepas bola ke tim voli Vietnam pada pertandingan babak semifinal peringkat 5-8 voli putri Asian Games 2018 di Tennis Indoor Senayan, Jakarta, Jumat (31/8). Indonesia kalah 1-3. (Merdeka.com/Imam Buhori) Pevoli putri Indonesia berusaha mengumpan bola saat bertanding melawan Vietnam pada pertandingan babak semifinal peringkat 5-8 voli putri Asian Games 2018 di Tennis Indoor Senayan, Jakarta, Jumat (31/8). Indonesia kalah 1-3. (Merdeka.com...

Bohemian Rhapsody, Kesepian Kronis Freddie Mercury

Liputan6.com, Jakarta Bohemian Rhapsody , salah satu lagu ikonis dalam industri musik, ternyata awalnya tidak disambut dengan hangat. Pihak label merasa lagu yang berdurasi enam menit ini, terlalu panjang untuk dijadikan sebuah single utama. Queen yang mencipatakan lagu eksperimental ini dengan sepenuh jiwa, memberontak. Freddie Mercury (Rami Malek) dkk telah mengambil keputusan bahwa Bohemian Rhapsody akan menjadi single utama album baru mereka, A Night at the Opera . Tak ada tawar menawar, ini adalah keputusan absolut. Queen lantas keluar dari label, dan berusaha mempromosikan lagu ini sendiri. Hanya saja, para pengamat musik merasa satu suara tentang lagu ini. Bohemian Rhapsody dinilai merupakan lagu yang kacau dan berantakan. Nyatanya, lagu ini menjadi hit, dan popularitasnya meroket. Kepingan sejarah perjalanan Queen ini, diselipkan dalam film Bohemian Rhapsody . Mulai dari saat mereka masih menyandang nama ‘Smile’ dan bermain di klub kecil, hingga penampilan akbar mereka di...