JawaPos.com - Jumlah penderita kasus demam berdarah dengue (DBD) di kota dan kabupaten Bogor terus meningkat. Bahkan jumlah korban meninggal akibat gigitan nyamuk aedes aegepti hingga Rabu (30/1) kemarin mencapai delapan orang.
Sementara itu, jumlah penderita yang terjangkit juga naik. Dari sebelumnya 231 penderita pada pekan ketiga Januari, kini naik menjadi 365 penderita. Meski begitu, pemerintah kota dan kabupaten Bogor belum menetapkan kasus ini menjadi Kejadian Luar Biasa (KLB).
Bupati Bogor Ade Yasin beralasan masih sanggup mengatasi DBD. Hari ini Kamis (31/1), pihaknya menggelar aksi Gerakan Serentak (Gertak) pencegahan DBD.
“Untuk Kabupaten Bogor belum KLB (DBD). Memang yang meninggal sudah lima orang. Saya telah minta pihak rumah sakit melaporkan secara cepat,” ujar Ade Yasin kepada awak media saat melakukan Rebo Keliling (Boling) di Kantor Kecamatan Citeureup, Rabu (30/1/2019).
Pemkab katanya, sudah melakukan penanganan dini atas melonjaknya kasus DBD yang kerap terjadi lima tahun sekali ini. Belakangan pihaknya sudah menginstruksikan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), camat, hingga kepala desa untuk menangani DBD yang lebih serius.
“Kami sudah bagikan gratis abate, dan fogging akan kami lakukan secara gratis asal ada permintaan dari masyarakat,” tuturnya.
Dari 365 penderita DBD, korban asal Kabupaten Bogor paling mendominasi dengan jumlah 231 penderita. Sedangkan Kota Bogor 134 penderita. Begitu juga dengan korban meninggal. Warga Kabupaten Bogor masih mendominasi dengan lima korban. Sementara Kota Bogor, tiga korban.
Menurut Kabid Pemberantasan dan Pencegahan Penyakit (P2P) Dinkes Kabupaten Bogor Agus Fauzi, 231 penderita DBD asal Kabupaten Bogor tersebar di 15 kecamatan. Sedangkan kasus terbanyak terjadi di Kecamatan Cibinong, yaitu jumlahnya mencapai 34 kasus.
Selain di Cibinong, penyakit DBD juga menjangkit di 14 Kecamatan lainnya yakni Kecamatan Bojonggede 23 kasus, Citeuterup 15 kasus, Gunung Sindur 14 kasus, Cileungsi 13 kasus, dan Gunung Putri 7 kasus.
Sebagai upaya penanganan, Agus mengaku telah memberikan surat edaran bupati tentang peningkatan sistem kewaspadaan dini (SKD) kepada para camat, kades, puskesmas, dan rumah sakit tentang penanggulangan DBD.
“Diharapkan masyarakat agar tidak resah, namun bersama-sama menjaga kebersihan lingkungan, berperilaku sehat, dan segera membawa ke fasilitas kesehatan terdekat bila terjadi gejala DBD,” kata Agus.
Sama dengan Kabupaten Bogor, meski kasus DBD terus naik, Pemkot Bogor belum menetapkan kasus tersebut sebagai KLB. Kasi Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Menular dan Surveilance (P3MS) Kota Bogor Sari Chandrawati menjelaskan pihaknya terus turun ke lapangan memantau wilayah. Bahkan di hari Sabtu maupun Minggu.
Jika ditemukan indikasi-indikasi DBD, maka akan segera dilakukan fogging. “Selain fogging, setiap Jumat akan dilakukan pemberantasan sarang nyamuk secara serentak. Pelaksanaannya di kantor-kantor organisasi perangkat daerah, instansi hingga sekolah-sekolah,” ucapnya.
Sementara itu, melonjaknya kasus DBD membuat tenaga medis di sejumlah Rumah Sakit keteteran. Seperti yang terjadi di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cibinong. Dari 400 tempat tidur yang tersedia semunya penuh. Sebanyak 50 velbed pun disiapkan mengantisipasi kenaikan jumlah pasien. Tempat tidur darurat tersebut dipinjam dari Yon Bekang Kostrad Cibinong.
“Dengan segala kemampuan pasien tetap kami terima. Velbed pun sudah mulai dipakai,” ujar Kepala Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Cibinong, dr Luluk Susaeny.
Sumber : http://bit.ly/2Wvev18
Komentar
Posting Komentar